Minggu, 24 November 2013

GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGINTAI PECANDU GADGET



Gangguan Kepribadian Mengintai Pecandu Gadget

Pengasuh: dr. Syamsul Bihar, M.Ked. (Paru), Sp.P.

Oleh: Astrawinata G., S.Ked.
Saat ini teknologi dan perangkat berteknologi (gadget) semakin gampang didapatkan. Bila tidak memiliki gadget seperti smartphone atau tablet maka dirasa ketinggalan zaman. Tak jarang seseorang mempunyai lebih dari satu gadget canggih sebagai simbol kekayaan dan modernitas.


Apa yang dilakukan kebanyakan orang dengan gadgetnya? Biasanya dipakai untuk chatting, bermain internet dan menjalankan berbagai program untuk bersosialisasi di dunia maya. Kita bahkan bisa berkenalan dan berteman akrab dengan orang yang tidak pernah kita jumpai sebelumnya.

Lalu apakah ada yang salah dengan fenomena ini? Tentunya tidak bila seseorang bisa mengatur jumlah jam yang dihabiskan dengan gadgetnya. Bila seseorang menghabiskan waktu terlalu lama menatap layar gadget dan berinteraksi di dunia maya, tak hanya gangguan kesehatan fisik yang akan terjadi namun juga gangguan kesehatan mental.

Gangguan kesehatan fisik yang bisa terjadi seperti mata kering, bertambahnya minus mata, kaku leher, kepikunan (demensia), sulit tidur (insomnia), berkurangnya jam tidur dan segala efek lanjutannya.

Gangguan kesehatan mental tidak gampang terdeteksi. Seringkali pecinta gadget tidak menyadari merekan menderita gangguan kepribadian sampai orang lain memberitahukan perubahan sikap mereka. Gangguan kepribadian tidak sama dengan gangguan kejiwaan, namun risiko seseorang untuk mengalami gangguan kejiwaan bertambah besar bila kepribadiannya terganggu.

Gangguan kepribadian yang dapat muncul pada pecandu gadget:

1. Gangguan kepribadian skizoid
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid lebih suka menyendiri dan tidak suka bersosialisasi. Mereka cenderung mencari posisi duduk yang sepi, dan saat di keramaian pun mereka tidak menjalin komunikasi dengan orang lain. Banyak yang menganggap orang dengan gangguan kepribadian ini tidak menarik dan menjauhinya. Kelainan ini sering ditemukan pada laki-laki, dan mereka merasa tidak masalah bila tidak ada teman.
2. Gangguan kepribadian antisosial
Dari namanya, antisosial terkesan seperti menjauhi keramaian, namun yang menjauhi keramaian adalah tipe skizoid dan avoidan (menghindar). Orang dengan gangguan kepribadian antisosial sifatnya kurang hati nurani. Mereka dengan gampang mencuri barang atau uang tanpa berpikir efek apa yang akan ditimbulkan. Mereka lebih peduli dengan kebutuhan mereka dan tidak mau tahu dengan kebutuhan orang lain. Baik pria dan wanita bisa menderita ini, dan gejalanya berkurang seiring bertambahnya usia.
3. Gangguan kepribadian ambang (borderline)
Gangguan kepribadian ambang ditandai dengan ketidakstabilan suasana hati dan rendah diri. Mereka sering mengalami perubahan mood yang terus menerus, suatu waktu masih tenang, dalam sekejap sudah emosi dan marah-marah. Tak jarang mereka merusak barang untuk melampiaskan kemarahannya. Mereka juga bisa marah pada diri sendiri lalu terpikir bunuh diri.
Mereka gampang marah ketika harapannya tidak terpenuhi walaupun sebenarnya masalah sepele, seperti terlambat membukakan pintu. Gangguan kepribadian ini disebut ambang (borderline) karena awalnya ini dianggap sebagai ambang gangguan jiwa. Kelainan ini lebih sering diderita wanita, yang mana lebih sensitif hatinya dan lebih ekspresif tindakannya.
4. Gangguan kepribadian histrionik
Pernahkah Anda bertemu seseorang yang selalu membual, membesar-besarkan cerita agar terlihat lebih dramatis? Bila ya, kemungkinan dia menderita gangguan kepribadian tipe histrionik. Mereka perlu menjadi pusat perhatian setiap waktu, sering memotong pembicaraan orang lain untuk mendominasi pembicaraan, dan sangat suka bila orang-orang duduk manis mendengarkan cerita dramatis mereka.
Mereka juga cenderung membesar-besarkan persahabatan dan hubungan, kebanyakan mengaku kenal dekat dengan petinggi atau orang besar tertentu, yang sebenarnya hubungannya biasa-biasa saja.
5. Gangguan kepribadian narsisistik
Seperti gangguan histrionik, mereka dengan gangguan narsistik akan mencari perhatian dan pujian. Mereka membanggakan prestasi mereka dengan harapan orang lain menganggap mereka superior. Mereka cenderung pilih-pilih teman dan hanya bergaul dengan orang yang dia anggap bisa mendukungnya. Orang narsisistik gampang membuat kesan pertama yang baik, namun sulit manjaga hubungan jangka panjang.
Keegoisan adalah ciri khas mereka. Mereka umumnya tidak peduli dengan perasaan orang lain dan dapat memanfaatkan orang lain. Kelainan ini paling sering ditemukan pada pria.
6. Gangguan kepribadian ketergantungan (dependent)
Gangguan kepribadian dependen ditanai dengan kebutuhannya untuk dijaga. Mereka tidak bisa mengambil keputusan, bahkan untuk hal-hal yang menyangkut hidupnya. Bila orang dengan gangguan dependen berpacaran, mereka akan sangat tergantung dan “menempel” pada keputusan-keputusan pacarnya. Tak jarang dia terlibat kekerasan dalam hubungannya.
Bila harus berpisah dari orang yang selama ini “ditempeli”nya, orang dengan gangguan dependen merasa hidupnya sudah berakhir dan tak jarang mencoba bunuh diri. Orang dengan tipe ini sangat peka terhadap masalah penolakan. Mereka sering merasa tidak berdaya dan tertekan.
7. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
Gangguan kepribadian ini cirinya adalah sangat perfeksionis, menuntut keteraturan, dan kesempurnaan. Tak jarang mereka dengan gangguan ini sulit bekerja sama dengan orang lain karena menganggap orang lain tidak serius dan hasilnya akan jelak. Mereka cenderung melakukan segala sesuatunya sendiri, dan akan mengulangi pekerjaannya bila dirasa belum sempurna.
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif bisa jatuh ke suatu kelainan yang disebut Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Mereka memiliki sebuah keyakinan bahwa segala sesuatu harus seperti yang mereka atur dan inginkan. Contohnya mereka harus mandi lima kali sehari, sikat gigi dimulai dari gigi geraham kanan atas, mengikat tali sepatu dengan simpul yang sama panjang.
Walaupun kelihatan konyol, namun mereka harus melakukannya. Bila tidak, akan timbul suatu rasa tidak nyaman dan “bertentangan dengan hati nurani”. Semakin lama ditahan, semakin tidak nyaman sampai akhirnya kebiasaan itu dijalankan barulah dia merasa lega.
Lalu bagaimana kaitannya dengan gadget?
Setelah mengetahui bagaimana ciri khas tiap gangguan kepribadian, di mana tipe skizoid cenderung menyendiri, antisosial cenderung tidak peka dengan kebutuhan orang sekitar, borderline yang bisa tiba-tiba meledak amarahnya, histrionik dan narsistik yang sangat ingin dipuji dan diperhatikan, dependen yang tidak bisa hidup sendirian dan obsesif kompusif yang melakukan sesuatu berulang-ulang, bisa kita bayangkan bahwa ini sering kita temui pada kehidupan sehari-hari.

Contoh yang disebutkan diatas terkesan parah dan tidak mungkin dialami oleh para pecandu gadget. Namun ketahuilah, hal-hal sepele dapat menjadi petunjuk adanya gangguan kepribadian awal.

Contohnya skenario saat makan malam bersama keluarga di rumah makan. Normalnya orang akan bercerita dan menghabiskan waktu bersama dengan orang tua dan saudaranya. Bila makanan tiba maka dengan mempersilahkan orang tua mengambil dulu, baru kemudian dihabiskan bersama dan pulang dengan perasaan gembira.

Namun pemandangan sekarang sering terlihat, saat duduk di meja makan maka semua mengeluarkan gadget masing-masing dan memainkannya. Tak jarang bahkan orang tua-nya pun sibuk bermain gadget. Hampir tidak ada pembicaraan selama menunggu makanan.

Begitu makanan datang, yang dilakukan adalah mengambil foto makanan tersebut. Setiap menu yang kelihatannya menarik akan difoto berulang kali, di-upload ke jejaring sosial untuk diperlihatkan pada teman-temannya, berharap akan banyak yang menunjukkan simpati dan komentar. Seseorang cenderung berusaha memancing sebanyak mungkin orang untuk melihatnya karena jumlah simpati (like) dan komentar yang banyak secara tidak langsung menunjukkan popularitas orang tersebut.

Setelah selesai berfoto, makanan disantap, banyak juga yang bisa terus memainkan gadgetnya sambil makan. Sampai selesai makan dan pulang, hampir tidak ada komunikasi di dunia nyata karena semua saling mengasingkan diri.

Dari skenario yang sering kita jumpai ini, nampak adanya gangguan kepribadian skizoid (mengasingkan diri, menjauhi percakapan) dan narsisistik (mencari perhatian dan simpati dari teman-temannya).

Seseorang yang bermain gadget sering tersenyum sendiri ketika chatting atau bermain di dunia maya, namun dengan seketika berubah marah, bahkan mengucapkan kata kasar bila mendapat suasana yang tidak disukai, seperti diajak berbicara. Mood-nya akan kembali bagus dengan seketika pula bila yang tidak disukainya hilang. Ini menunjukkan gangguan kepribadian ambang. 

Bagaimana dengan contoh gangguan dependen? Tentu kita sering mendengar berita penculikan dan pemerkosaan gadis oleh orang yang baru saja dikenalnya melalui jejaring sosial. Ini menunjukkan mudahnya sang korban terbujuk rayu dan merasa sangat membutuhkan pelaku sampai bersedia menuruti apapunperkataan pelaku karena takut ditinggalkan.

Peralatan berteknologi tinggi seperti smartphone harganya bervariasi dari murah sampai mahal. Namun membawa-bawa smartphone murah sering membuat sang empunya rendah diri. Tak jarang demi memiliki smartphone mahal, orang berani mencuri uang atau barang tanpa peduli akibatnya. Ini menunjukkan gangguan kepribadian antisosial.

Sebagai contoh terakhir, pernahkah Anda merasa ingin mengecek telepon Anda untuk melihat apakah ada pesan atau telepon yang masuk walaupun telepon Anda tidak berdering? Bila tidak dicek, rasanya tidak nyaman dan ada sesuatu yang kurang. Semakin lama ditahan semakin tidak nyaman, sampai akhirnya Anda mengambil ponsel dan menceknya. Bila demikian, kemungkinan Anda menjurus ke gangguan obsesif kompulsif.

Bagaimana mencegah dan mengatasinya?

Walaupun terlihat sepele dan seolah mengada-ada, namun pada kenyataannya kepribadian dan kejiwaan seseorang bisa dirubah dengan impuls yang berulang-ulang dalam jangka panjang.

Secara teori, gangguan kepribadian mulai nampak pada usia remaja atau dewasa muda, dan dapat menetap selama bertahun-tahun. Salah satu alasannya karena pada usia tersebut kejiwaan seseorang masih labil sehingga mudah terpengaruh oleh teman sebayanya.

Karena gejala gangguan ini bersifat psikis, maka penanganan utamanya bukan obat, tapi pendekatan psikologis. Perlu ditanamkan pemahaman bahwa teknologi bersifat membantu kita mencari informasi dan bergaul secara sehat dengan teman, bukan untuk menjadikan kita “tenggelam” di dunia maya. Pergunakan seperlunya untuk mempermudah komunikasi dan jangan sampai kecanduan menggunakannya.

Salah satu parameter yang menunjukkan kecanduan atau tidaknya Anda adalah dari frekuensi pengecasan baterai gadget Anda.Baterai gadget dan smartphone sebenarnya mampu bertahan selama seharian penuh dengan pemakaian telepon, pesan, internet dan hiburan sewajarnya. Pengecasan baterai yang wajar adalah satu sampai dua kali sehari. Bila Anda mencas baterai gadget sampai tiga kali bahkan lebih, berarti Anda terlalu banyak menghabiskan waktu dengan gadget Anda.

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi kebiasaan mengecek ponsel adalah dengan menyetel ponsel agar berdering bila ada pesan dan telepon masuk. Maka bila tidak ada dering ponsel, kita tidak perlu mengecek ponsel kita.

Langkah lain adalah menerapkan jam bebas gadget. Artinya ada saat-saat tertentu dimana kita tidak memainkan gadget kita seperti saat bersama keluarga, saat akan tidur dan waktu lain yang kita tentukan sendiri.

Internet dan teknologi sejatinya dibuat untuk membuat informasi semakin terjangkau. Walaupun teknologi membuat kita semakin nyaman, kita tidak boleh berlebihan dalam menggunakannya. Tetap ingat bahwa kita mengendalikan teknologi, bukan sebaliknya. Dengan demikian kita dapat menggunakannya dengan tepat dan sehat.

Sumber:

1 komentar: