Gangguan Kepribadian Mengintai
Pecandu Gadget
Pengasuh: dr. Syamsul Bihar, M.Ked.
(Paru), Sp.P.
Oleh: Astrawinata G., S.Ked.
Saat ini teknologi dan perangkat
berteknologi (gadget) semakin gampang didapatkan. Bila tidak memiliki gadget
seperti smartphone atau tablet maka dirasa ketinggalan zaman. Tak jarang
seseorang mempunyai lebih dari satu gadget canggih sebagai simbol kekayaan dan
modernitas.
Apa yang dilakukan kebanyakan orang dengan gadgetnya?
Biasanya dipakai untuk chatting, bermain internet dan menjalankan berbagai
program untuk bersosialisasi di dunia maya. Kita bahkan bisa berkenalan dan
berteman akrab dengan orang yang tidak pernah kita jumpai sebelumnya.
Lalu apakah ada yang salah dengan fenomena ini?
Tentunya tidak bila seseorang bisa mengatur jumlah jam yang dihabiskan dengan
gadgetnya. Bila seseorang menghabiskan waktu terlalu lama menatap layar gadget
dan berinteraksi di dunia maya, tak hanya gangguan kesehatan fisik yang akan
terjadi namun juga gangguan kesehatan mental.
Gangguan kesehatan fisik yang bisa terjadi seperti
mata kering, bertambahnya minus mata, kaku leher, kepikunan (demensia), sulit
tidur (insomnia), berkurangnya jam tidur dan segala efek lanjutannya.
Gangguan kesehatan mental tidak gampang terdeteksi.
Seringkali pecinta gadget tidak menyadari merekan menderita gangguan
kepribadian sampai orang lain memberitahukan perubahan sikap mereka. Gangguan
kepribadian tidak sama dengan gangguan kejiwaan, namun risiko seseorang untuk
mengalami gangguan kejiwaan bertambah besar bila kepribadiannya terganggu.
Gangguan kepribadian yang dapat muncul pada pecandu
gadget:
1. Gangguan kepribadian skizoid
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid lebih suka
menyendiri dan tidak suka bersosialisasi. Mereka cenderung mencari posisi duduk
yang sepi, dan saat di keramaian pun mereka tidak menjalin komunikasi dengan
orang lain. Banyak yang menganggap orang dengan gangguan kepribadian ini tidak
menarik dan menjauhinya. Kelainan ini sering ditemukan pada laki-laki, dan
mereka merasa tidak masalah bila tidak ada teman.
2. Gangguan kepribadian antisosial
Dari namanya, antisosial terkesan seperti menjauhi
keramaian, namun yang menjauhi keramaian adalah tipe skizoid dan avoidan
(menghindar). Orang dengan gangguan kepribadian antisosial sifatnya kurang hati
nurani. Mereka dengan gampang mencuri barang atau uang tanpa berpikir efek apa
yang akan ditimbulkan. Mereka lebih peduli dengan kebutuhan mereka dan tidak
mau tahu dengan kebutuhan orang lain. Baik pria dan wanita bisa menderita ini,
dan gejalanya berkurang seiring bertambahnya usia.
3. Gangguan kepribadian ambang (borderline)
Gangguan kepribadian ambang ditandai dengan
ketidakstabilan suasana hati dan rendah diri. Mereka sering mengalami perubahan
mood yang terus menerus, suatu waktu masih tenang, dalam sekejap sudah emosi
dan marah-marah. Tak jarang mereka merusak barang untuk melampiaskan
kemarahannya. Mereka juga bisa marah pada diri sendiri lalu terpikir bunuh
diri.
Mereka gampang marah ketika harapannya tidak terpenuhi
walaupun sebenarnya masalah sepele, seperti terlambat membukakan pintu.
Gangguan kepribadian ini disebut ambang (borderline) karena awalnya ini
dianggap sebagai ambang gangguan jiwa. Kelainan ini lebih sering diderita
wanita, yang mana lebih sensitif hatinya dan lebih ekspresif tindakannya.
4. Gangguan kepribadian histrionik
Pernahkah Anda bertemu seseorang yang selalu membual,
membesar-besarkan cerita agar terlihat lebih dramatis? Bila ya, kemungkinan dia
menderita gangguan kepribadian tipe histrionik. Mereka perlu menjadi pusat
perhatian setiap waktu, sering memotong pembicaraan orang lain untuk
mendominasi pembicaraan, dan sangat suka bila orang-orang duduk manis
mendengarkan cerita dramatis mereka.
Mereka juga cenderung membesar-besarkan persahabatan
dan hubungan, kebanyakan mengaku kenal dekat dengan petinggi atau orang besar
tertentu, yang sebenarnya hubungannya biasa-biasa saja.
5. Gangguan kepribadian narsisistik
Seperti gangguan histrionik, mereka dengan gangguan
narsistik akan mencari perhatian dan pujian. Mereka membanggakan prestasi
mereka dengan harapan orang lain menganggap mereka superior. Mereka cenderung
pilih-pilih teman dan hanya bergaul dengan orang yang dia anggap bisa
mendukungnya. Orang narsisistik gampang membuat kesan pertama yang baik, namun
sulit manjaga hubungan jangka panjang.
Keegoisan adalah ciri khas mereka. Mereka umumnya
tidak peduli dengan perasaan orang lain dan dapat memanfaatkan orang lain.
Kelainan ini paling sering ditemukan pada pria.
6. Gangguan kepribadian ketergantungan (dependent)
Gangguan kepribadian dependen ditanai dengan
kebutuhannya untuk dijaga. Mereka tidak bisa mengambil keputusan, bahkan untuk
hal-hal yang menyangkut hidupnya. Bila orang dengan gangguan dependen
berpacaran, mereka akan sangat tergantung dan “menempel” pada
keputusan-keputusan pacarnya. Tak jarang dia terlibat kekerasan dalam
hubungannya.
Bila harus berpisah dari orang yang selama ini
“ditempeli”nya, orang dengan gangguan dependen merasa hidupnya sudah berakhir
dan tak jarang mencoba bunuh diri. Orang dengan tipe ini sangat peka terhadap
masalah penolakan. Mereka sering merasa tidak berdaya dan tertekan.
7. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
Gangguan kepribadian ini cirinya adalah sangat
perfeksionis, menuntut keteraturan, dan kesempurnaan. Tak jarang mereka dengan
gangguan ini sulit bekerja sama dengan orang lain karena menganggap orang lain
tidak serius dan hasilnya akan jelak. Mereka cenderung melakukan segala
sesuatunya sendiri, dan akan mengulangi pekerjaannya bila dirasa belum
sempurna.
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif bisa jatuh ke
suatu kelainan yang disebut Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Mereka
memiliki sebuah keyakinan bahwa segala sesuatu harus seperti yang mereka atur
dan inginkan. Contohnya mereka harus mandi lima kali sehari, sikat gigi dimulai
dari gigi geraham kanan atas, mengikat tali sepatu dengan simpul yang sama
panjang.
Walaupun kelihatan konyol, namun mereka harus
melakukannya. Bila tidak, akan timbul suatu rasa tidak nyaman dan “bertentangan
dengan hati nurani”. Semakin lama ditahan, semakin tidak nyaman sampai akhirnya
kebiasaan itu dijalankan barulah dia merasa lega.
Lalu bagaimana kaitannya dengan gadget?
Setelah mengetahui bagaimana ciri khas tiap gangguan
kepribadian, di mana tipe skizoid cenderung menyendiri, antisosial cenderung
tidak peka dengan kebutuhan orang sekitar, borderline yang bisa tiba-tiba
meledak amarahnya, histrionik dan narsistik yang sangat ingin dipuji dan diperhatikan,
dependen yang tidak bisa hidup sendirian dan obsesif kompusif yang melakukan
sesuatu berulang-ulang, bisa kita bayangkan bahwa ini sering kita temui pada
kehidupan sehari-hari.
Contoh yang disebutkan diatas terkesan parah dan tidak
mungkin dialami oleh para pecandu gadget. Namun ketahuilah, hal-hal sepele
dapat menjadi petunjuk adanya gangguan kepribadian awal.
Contohnya skenario saat makan malam bersama keluarga
di rumah makan. Normalnya orang akan bercerita dan menghabiskan waktu bersama
dengan orang tua dan saudaranya. Bila makanan tiba maka dengan mempersilahkan
orang tua mengambil dulu, baru kemudian dihabiskan bersama dan pulang dengan
perasaan gembira.
Namun pemandangan sekarang sering terlihat, saat duduk
di meja makan maka semua mengeluarkan gadget masing-masing dan memainkannya.
Tak jarang bahkan orang tua-nya pun sibuk bermain gadget. Hampir tidak ada
pembicaraan selama menunggu makanan.
Begitu makanan datang, yang dilakukan adalah mengambil
foto makanan tersebut. Setiap menu yang kelihatannya menarik akan difoto
berulang kali, di-upload ke jejaring sosial untuk diperlihatkan pada
teman-temannya, berharap akan banyak yang menunjukkan simpati dan komentar.
Seseorang cenderung berusaha memancing sebanyak mungkin orang untuk melihatnya
karena jumlah simpati (like) dan komentar yang banyak secara tidak langsung
menunjukkan popularitas orang tersebut.
Setelah selesai berfoto, makanan disantap, banyak juga
yang bisa terus memainkan gadgetnya sambil makan. Sampai selesai makan dan pulang,
hampir tidak ada komunikasi di dunia nyata karena semua saling mengasingkan
diri.
Dari skenario yang sering kita jumpai ini, nampak
adanya gangguan kepribadian skizoid (mengasingkan diri, menjauhi percakapan)
dan narsisistik (mencari perhatian dan simpati dari teman-temannya).
Seseorang yang bermain gadget sering tersenyum sendiri
ketika chatting atau bermain di dunia maya, namun dengan seketika berubah
marah, bahkan mengucapkan kata kasar bila mendapat suasana yang tidak disukai,
seperti diajak berbicara. Mood-nya akan kembali bagus dengan seketika pula bila
yang tidak disukainya hilang. Ini menunjukkan gangguan kepribadian ambang.
Bagaimana dengan contoh gangguan dependen? Tentu kita
sering mendengar berita penculikan dan pemerkosaan gadis oleh orang yang baru
saja dikenalnya melalui jejaring sosial. Ini menunjukkan mudahnya sang korban
terbujuk rayu dan merasa sangat membutuhkan pelaku sampai bersedia menuruti
apapunperkataan pelaku karena takut ditinggalkan.
Peralatan berteknologi tinggi seperti smartphone
harganya bervariasi dari murah sampai mahal. Namun membawa-bawa smartphone
murah sering membuat sang empunya rendah diri. Tak jarang demi memiliki
smartphone mahal, orang berani mencuri uang atau barang tanpa peduli akibatnya.
Ini menunjukkan gangguan kepribadian antisosial.
Sebagai contoh terakhir, pernahkah Anda merasa ingin
mengecek telepon Anda untuk melihat apakah ada pesan atau telepon yang masuk
walaupun telepon Anda tidak berdering? Bila tidak dicek, rasanya tidak nyaman
dan ada sesuatu yang kurang. Semakin lama ditahan semakin tidak nyaman, sampai
akhirnya Anda mengambil ponsel dan menceknya. Bila demikian, kemungkinan Anda
menjurus ke gangguan obsesif kompulsif.
Bagaimana mencegah dan mengatasinya?
Walaupun terlihat sepele dan seolah mengada-ada, namun
pada kenyataannya kepribadian dan kejiwaan seseorang bisa dirubah dengan impuls
yang berulang-ulang dalam jangka panjang.
Secara teori, gangguan kepribadian mulai nampak pada
usia remaja atau dewasa muda, dan dapat menetap selama bertahun-tahun. Salah
satu alasannya karena pada usia tersebut kejiwaan seseorang masih labil
sehingga mudah terpengaruh oleh teman sebayanya.
Karena gejala gangguan ini bersifat psikis, maka
penanganan utamanya bukan obat, tapi pendekatan psikologis. Perlu ditanamkan
pemahaman bahwa teknologi bersifat membantu kita mencari informasi dan bergaul
secara sehat dengan teman, bukan untuk menjadikan kita “tenggelam” di dunia
maya. Pergunakan seperlunya untuk mempermudah komunikasi dan jangan sampai
kecanduan menggunakannya.
Salah satu parameter yang menunjukkan kecanduan atau
tidaknya Anda adalah dari frekuensi pengecasan baterai gadget Anda.Baterai
gadget dan smartphone sebenarnya mampu bertahan selama seharian penuh dengan
pemakaian telepon, pesan, internet dan hiburan sewajarnya. Pengecasan baterai
yang wajar adalah satu sampai dua kali sehari. Bila Anda mencas baterai gadget
sampai tiga kali bahkan lebih, berarti Anda terlalu banyak menghabiskan waktu
dengan gadget Anda.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi
kebiasaan mengecek ponsel adalah dengan menyetel ponsel agar berdering bila ada
pesan dan telepon masuk. Maka bila tidak ada dering ponsel, kita tidak perlu
mengecek ponsel kita.
Langkah lain adalah menerapkan jam bebas gadget.
Artinya ada saat-saat tertentu dimana kita tidak memainkan gadget kita seperti
saat bersama keluarga, saat akan tidur dan waktu lain yang kita tentukan
sendiri.
Internet dan teknologi sejatinya dibuat untuk membuat
informasi semakin terjangkau. Walaupun teknologi membuat kita semakin nyaman,
kita tidak boleh berlebihan dalam menggunakannya. Tetap ingat bahwa kita
mengendalikan teknologi, bukan sebaliknya. Dengan demikian kita dapat
menggunakannya dengan tepat dan sehat.
Sumber:
Ijin repost di timeline ya, bagus banget isinya 👍
BalasHapus